TEROPONG INDONESIA- Kota Bandung–, Meningkatnya permintaan daging ayam ras dan terus melonjaknya harga emas dunia picu inflasi month to month September 2025 sebesar 0,21 persen di Jawa Barat. Demikian disampaikan Plt. Kepala BPS Provinsi Jawa Barat, Darwis Sitorus pada rilis berita resmi statistik, Rabu, (1/10/2025).
Inflasi tahun kalender (year to date) sebesar 1,57 persen, sedangkan inflasi tahun ke tahun (year on year) September 2025 sebesar 2,19 persen.
“Seluruh kelompok pengeluaran mengalami inflasi bulanan pada September 2025. Inflasi tertinggi dialami kelompok perwatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 1,45 persen, dengan andil inflasi sebesar 0,09 persen. Diikuti kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,28 persen dengan andil inflasi sebesar 0,09 persen.”, ujar Darwis.
Secara lengkap kelompok pengeluaran lainnya yaitu kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga inflasi sebesar 0,04 persen, kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rumah tangga inflasi sebesar 0,10 persen, kelompok kesehatan inflasi sebesar 0,03 persen.
Selain itu yang mengalami inflasi yaitu kelompok rekreasi, olahraga dan budaya sebesar 0,12 persen, kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,01 persen, kelompok pendidikan sebesar 0,10 persen, dan kelompok penyediaan makanan, dan minuman/restoran sebesar 0,04 persen.
Darwis Sitorus juga menyebutkan 10 kabupaten/kota pantauan inflasi di Jawa Barat mengalami inflasi pada September 2025.
“Inflasi tertinggi terjadi di Kota Tasikmalaya sebesar 0,32 persen, dan inflasi terendah terjadi di Kabupaten Subang sebesar 0,07 persen.”, jelas Darwis.
Lebih rinci kabupaten/kota lainnya yang mengalami inflasi yaitu Kota Cirebon sebesar 0,29 persen, Kota Depok sebesar 0,25 persen, Kota Bekasi sebesar 0,23 persen, Kabupaten Majalengka sebesar 0,21 persen, Kota Bogor dan Kabupaten Bandung masing-masing sebesar 0,20 persen, Kota Bandung sebesar 0,16 persen, dan Kota Sukabumi sebesar 0,15 persen.
Menurut komoditas andil inflasi tertinggi disumbang oleh daging ayam ras sebesar 0,15 persen, emas perhiasan sebesar 0,08 persen, cabai merah sebesar 0,06 persen, air kemasan dan ikan kembung masing-masing sebesar 0,01 persen.
“Selain komoditas yang menyumbang inflasi, ada juga yang mengalami penurunan harga dan menyumbang andil deflasi yaitu bawang merah memberikan andil deflasi sebesar 0,09 persen, tomat menyumbang andil deflasi 0,05 persen.”, rinci Darwis.
Nilai Tukar Petani Alami Kenaikan pada September 2025
BPS Provinsi Jawa Barat juga merilis terkait Nilai Tukar Petani (NTP) yang mengalami kenaikan sebesar 0,44 persen pada September 2025. Indeks yang diterima petani (It) sebesar 141,57 lebih tinggi dibandingkan indeks yang dibayar petani (Ib) yang sebesar 121,91.
“Indeks yang diterima petani (It) mengalami kenaikan sebesar 0,54 persen dengan komoditas yang menyumbang kenaikan diantaranya gabah, cabai merah dan ayam ras pedaging. Sedanglan indeks yang dibayar petani (Ib) juga alami kenaikan sebesar 0,10 persen dengan komoditas penyumbang kenaikan diantaranya daging ayam ras, cabai merah dan jeruk.”, rinci Darwis dalam rilisnya.
Menurut subsektor, yang mengalami kenaikan tertinggi yaitu subsektor peternakan sebesar 1,82 persen, diikuti subsektor tanaman pangan sebesar 0,61 persen, dan subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesat 0,09 persen. Sedangkan subsektor lain mengalami penurunan sepanjang September 2025.
Kenaikan NTP juga diikuti oleh nilai tukar tukar ushaa petani (NTUP) yang alami kenaikan sebesar 0,47 persen. Indeks harga diterima petani (It) sebesar 141,57 naik 0,54 persen dibanding indeks pada Agustus 2025. Sedangkan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 118,65 naik 0,07 persen dibandingkan indeks pada Agustus 2025.
Harga Beras Medium Turun, Namun Beras Premium Masih Naik di Penggilingan
Berdasarkan pantauan BPS Provinsi Jawa Barat, harga beras di penggilingan secara rata-rata masih alami kenaikan pada September 2025. Harga beras premium saat ini di penggilingan mencapai 13.945 rupiah atau naik 0,79 persen dibanding Agustus 2025, sedangkan harga beras medium sebesar 13.306 rupiah atau turun 0,17 persen dibandingkan Agustus 2025.
Sehingga secara rata-rata harga beras di penggilingan September 2025 sebesar 13.640 rupiah, naik 0,36 persen dibandingkan Agustus 2025. Dan secara tahun ke tahun (year on year) September 2025 dibandingkan September 2024 naik sebesar 5,47 persen.
Perkembangan Pariwisata dan Tranportasi di Jawa Barat
Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Jawa Barat sebanyak 231 orang atau turun sebesar 12,17 persen dibandingkan Juli 2025, demikian dijelaskan Plt. Kepala BPS Provinsi Jawa Barat, Dariwis Sitorus dalam rilisnya.
“Penurunan wisman tidak hanya secara bulanan, akan tetapi secara year on year juga turun sebesar 82,01 persen jika dibandingkan dengan Agustus 2024. Warga negara Singapura masih mendominasi kunjungan melalui Bandara Kertajati”, jelas Darwis.
Kabar menggembirakan justru datang dari kunjungan warga negara asing (WNA) yang masuk ke Jawa Barat menggunakan Whoosh pada Agustus 2025 sebanyak 19.536 kunjungan atau naik 16,42 persen dibandingkan Juli 2025. Bahkan secara year on year juga alami kenaikan sebesar 32,07 persen jika dibandingkan Agustus 2024.
“Selama periode Januari-Agustus 2025 jumlah kunjungan WNA melalui Whoosh tercatat sebanyak 124.350 kunjungan.”, terang Darwis.
Darwis Sitorus juga menjelaskan tentang data perjalanan wisatawan nusantara (wisnus) sebanyak 16,64 juta perjalanan atau mengalami penurunan 6,32 persen sepanjang Agustus 2025 jika dibandingkan Juli 2025. Namun jika dibandingkan dengan Agustus 2024 mengalami kenaikan sebesar 27,59 persen.
“Secara akumulai sepanjang Januari-Agustus 2025 jumlah perjalanan wisnus mencapai 141,50 juta perjalanan atau naik 30.85 persen jika dibandingkan periode yang sama 2024. Daerah tujuan wisnus favorit masih dipegang Kabupaten Bogor sebanyak 14,66 persen dan Kota Bandung sebanyak 11,21 persen”, rinci Darwis.
Penurunan perjalanan wisnus berpengaruh juga terhadap tingkat penghunian kamar (TPK) hotel di Jawa Barat. TPK Agustus 2025 sebesar 45,75 persen atau turun 3,77 poin jika dibandingkan Juli 2025 yang sebesar 49,75 persen. Pun demikian jika dibandingkan secara year on year turun sebesar 5,34 poin. Berdasarkan klasifikasi bintang, Kota Depok meraih TPK tertinggi sebesar 61,01 persen diikuti Kota Bandung sebesar 56,38 persen.
Jika dirinci berdasarkan klasifikasi bintang, untuk hotel bintang 5 TPK tertinggi diraih Kabupaten Bandung dengan TPK sebesar 66,98 persen, hotel bintang 4 diraih Kabupaten Pangandaran dengan TPK sebesar 67,15, dan hotek bintang 3 diraih Kabupaten Karawang sebesar 68,51 persen.
Penurunan tak hanya pada hotel berbintang, namun terjadi juga pada hotel non bintang yang turun 0,92 poin pada Agustus 2025 yang sebesar 21,76 persen dibandingkan Juli 2025 yang sebesar 22,68 persen.
“Rata-rata lama menginap tamu asing di Jawa Barat pada Agustus 2025 mencapai 2,72 malam. Sedangkan tamu domestik mencapai 1,31 malam. Kabupaten Karawang menjadi yang tertinggi tamu asing menginap yaitu mencapai 7,73 malam, diikuti Kabupaten Purwakarta mencapai 7,17 malam.”, terang Darwis.
Informasi dari statistik tranportasi, penerbangan domestik dan internasional di Jawa Barat juga alami penurunan sepanjang Agustus 2025. Penumpang domestik dari 1,02 ribu orang pada Juli 2024 menjadi 0,49 ribu orang pada Agustus 2025 atau turun sebesar 52,30 persen. Hal ini juga terjadi pada penerbangan internasional dari 0,824 ribu orang pada Juli 2025 menjadi 0,721 ribu orang pada Agustus 2025 atau turun sebesar 65,93 persen.
Tak hanya angkutan udara, penumpang angkutan kereta juga alami penurunan. BPS Provinsi Jawa Barat dalam data rilisnya menyampaikan jumlah penumpang kereta api pada Agustus 2025 sebanyak 1,99 juta orang atau turun 15,78 persen jika dibandingkan Juli 2024 yang mencapai 2,36 juta orang.
Penumpang kereta Whoosh pada Agustus sebanyak 0,266 juta orang atau turun sebesar 8,40 persen jika dibandingkan Juli 2025 yang sebesar 0,290 juta orang.
Ekspor Jabar Turun, Impor Naik Bulanan
Perkembangan ekspor Jawa Barat kurang menggembirakan, dengan ditandai turunnya nilai ekspor sebesar 1,10 persen pada Agustus 2025 yang sebesar 3,47 milyar USD dibandingkan Juli 2025 yang sebesar 3,51 milyar USD. Tak hanya secara month to month, ekspor juga turun secara year on year sebesar 1,88 persen.
“Walau demikian secara kumulatif Januari-Agustus 2025 nilai ekspor masih cukup menggembirakan dengan adanya kenaikan sebesar 3,12 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2024.”, ujar Darwis.
Jika dirinci kontribusi sektor ekspor yaitu sektor Industri sebesar 98,71 persen, sektor migas 0,72 persen, sektor pertanian 0,56 persen dan sektor tambang 0,01 persen. Menurut golongan barang Agustus 2025 yang mempunyai nilai ekspor terbesar yaitu kendaran dan bagiannya senilai 5,54 milyar USD, mesin dan perlengkapan elektrik senilai 4,14 milyar USD serta mesin dan perkakas mekanis senilai 0,02 milyar USD.
“Walaupun turun, Amerika Serikat masih menjadi tujuan utama ekspor Jawa Barat dengan nilai 4,27 milyar USD, diikuti ke Filipina senilai 2,32 milyar USD dan Jepang senilai 0,01 milyar USD”, rinci Darwis.
Sementara itu Impor Jawa Barat justru alami kenaikan sebesar 0,60 persen pada Agustus 2025 dengan nilai mencapai 1,04 miyar USD dibandingkan Juli 2025 yang mencapai 1,03 milyar USD. Akan tetapi secara year on year terjadi penurunan sebesar 13,68 persen jika dibandingkan Agustus 2024.
“Berbeda dengan ekspor, untuk impor secara kumulatif Januari-Agustus 2025 mengalami penurunan sebesar 5,96 persen dibandingkan perode yang sama tahun 2024.”, kata Darwis.
Menurut golongan barang yang mempunyai nilai impor terbesar adalah mesin dan perlengkapan elektrik senilai 1.083 juta USD, diikuti mesin dan perkakas mekanis senilai 689 juta USD, serta plastik dan barang dari plastik senilai 20 juta USD. Negara asal impor masih dikuasai Tiongkok dengan nilai mencapai 2.664 juta USD, diikuti Jepang senilai 162 juta USD dan Korea Selatan senilai 19 juta USD.
“Meskipun terjadi penurunan nilai ekspor, akan tetapi secara neraca perdagangan Jawa Barat masih surplus sebesar 17,52 milyar USD Agustsu 2025 ini. Kita juga masih surplus dengan Amerika Serikat, Filipina, Thailand dan Vietnam. Namun kita mengalami defisit dengan Taiwan dan Tiongkok”, pungkas Darwis menutup rilis.





