Kemiskinan Belajar: Tantangan dan Solusi untuk Mencapai Indonesia Emas 2045

Penulis: Drs.H. Sukadi, M.I.L.

(Guru Pendidikan Pancasila SMA Negeri 1 Bandung, Jawa Barat)

Kemiskinan belajar yaitu kondisi di mana anak-anak dan remaja tidak mendapatkan akses yang memadai terhadap pendidikan berkualitas, baik karena faktor ekonomi, geografis, sosial, maupun budaya. Kondisi ini mengakibatkan mereka tidak mencapai potensi penuh dalam hal kemampuan akademik, keterampilan hidup, dan pengembangan pribadi.

Kemiskinan belajar juga bisa terjadi pada siswa yang setiap hari pergi ke sekolah namun dia tidak benar-benar belajar di kelas/sekolah. Banyak faktor yang menjadi penyebab kemiskinan belajar di kelas ini. Boleh jadi karena strategi dan cara yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran tidak memperhatikan kebutuhan belajar setiap peserta didik, atau situasi dan kondisi sekolah yang tidak mendukung terjadinya proses belajar. Atau bisa juga disebabkan karena teman pergaulan yang kurang mendukung terjadinya proses belajar.

Kondisi ini tentu tidak bisa kita biarkan, sebab bangsa Indonesia akan memasuki era baru beberapa tahun ke depan, yakni Indonesia Emas 2045. Jika kemiskinan belajar ini tidak segera diatasi, maka cita-cita dan harapan Indonesia Emas 2045 hanyalah akan menjadi Impian (menara gading), tak akan menjadi kenyataan.

Faktor Penyebab Kemiskinan Belajar

Terdapat beberapa penyebab terjadinya kemiskinan belajar. Beberapa di antaranya ialah:

  1. Kemiskinan Ekonomi. Keluarga dengan pendapatan rendah sering kali tidak mampu menyediakan kebutuhan dasar untuk pendidikan, seperti buku, seragam sekolah (uniform), dan biaya sekolah.
  2. Akses Terbatas ke Sekolah. Di daerah pedesaan atau terpencil, fasilitas pendidikan sering kali minim atau bahkan tidak ada, membuat anak-anak harus menempuh jarak jauh untuk bersekolah.
  3. Kurangnya Sumber Daya dan Fasilitas Pendidikan. Sekolah-sekolah di daerah miskin sering kekurangan guru berkualitas, peralatan belajar, dan infrastruktur yang memadai.
  4. Budaya dan Norma Sosial. Di beberapa komunitas, pendidikan anak perempuan mungkin tidak dianggap penting, sehingga mereka lebih banyak terlibat dalam pekerjaan rumah tangga atau pernikahan dini.
  5. Situasi Darurat dan Konflik. Perang, bencana alam, dan krisis kemanusiaan lainnya dapat mengganggu pendidikan anak-anak, memaksa mereka untuk meninggalkan sekolah.
  6. Iklim sekolah yang tidak mendukung siswa belajar secara berkualitas. Iklim sekolah yang kurang atau tidak mendukung terjadinya proses belajar secara berkualitas merupakan salah satu masalah yang menyebabkan siswa mengalami kemiskinan dalam belajar. Siswa pergi ke sekolah, pembelajaran berlangsung setiap hari, namum output dan outcome­-nya tidak seperti yang diharapkan. Sehingga banyak siswa yang “belajar tetapi tidak belajar”.
Baca Juga :  Mebel dan Herbal Potensi UMKM Indonesia Bernilai Ekspor Besar

Data Kemiskinan di Indonesia

Pada bulan Maret 2023, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 25,9 juta orang, atau sekitar 9,36% dari total populasi. Sementara itu, garis kemiskinan per kapita per bulan ditetapkan sebesar Rp 550.458, dan garis kemiskinan rumah tangga sebesar Rp 2.592.657 per rumah tangga per bulan. Tingginya angka kemiskinan ini berpengaruh langsung terhadap kemampuan keluarga untuk menyediakan pendidikan berkualitas bagi anak-anak mereka.

Dampak yang ditimbulkan dari kemiskinan belajar ini diantaranya ialah:

  1. Prestasi Akademik yang Rendah. Anak-anak yang tidak mendapatkan pendidikan berkualitas cenderung memiliki nilai yang lebih rendah dan lebih sulit melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
  2. Peluang Kerja yang Terbatas. Pendidikan yang kurang memadai mengurangi peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang baik dan berpenghasilan tinggi di masa depan.
  3. Siklus Kemiskinan. Kurangnya pendidikan memperburuk siklus kemiskinan, karena anak-anak yang tidak terdidik cenderung tetap miskin saat dewasa.
  4. Terganggunya Kesejahteraan Mental dan Emosional. Kemiskinan belajar dapat mempengaruhi kesehatan mental dan emosional anak-anak, menurunkan kepercayaan diri, dan meningkatkan stres.

Solusi untuk Mengatasi Kemiskinan Belajar

Untuk mengatasi kemiskinan belajar ada beberapa solusi yang bisa direkomendasikan, diantaranya ialah:

  1. Pendidikan Gratis dan Wajib. Pemerintah harus menyediakan pendidikan dasar gratis dan wajib untuk semua anak, memastikan tidak ada yang tertinggal.
  2. Dukungan Keuangan. Beasiswa, bantuan keuangan, dan program bantuan lainnya dapat membantu keluarga miskin mengatasi biaya pendidikan.
  3. Peningkatan Kualitas Sekolah. Investasi dalam pelatihan guru, fasilitas sekolah, dan bahan ajar dapat meningkatkan kualitas pendidikan.
  4. Program Literasi dan Pelatihan Keterampilan. Selain pendidikan formal, program literasi dan pelatihan keterampilan bagi anak-anak dan remaja dapat membantu mereka mempersiapkan diri untuk dunia kerja.
  5. Penyuluhan dan Kampanye Kesadaran. Meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pendidikan di antara komunitas dapat mengubah norma sosial yang menghalangi anak-anak untuk bersekolah.
Baca Juga :  Presiden Jokowi dan Paus Fransiskus Serukan Toleransi dan Perdamaian

Mengatasi kemiskinan belajar bukanlah tugas yang mudah, namun sangat penting untuk masa depan generasi mendatang. Dengan kerja sama antara pemerintah, lembaga pendidikan, masyarakat, dan organisasi non-pemerintah, kita dapat menciptakan lingkungan di mana setiap anak memiliki kesempatan untuk belajar dan mencapai potensinya. Pendidikan adalah kunci untuk memutus siklus kemiskinan dan membuka pintu menuju masa depan yang lebih cerah. Hal paling penting dalam menekan terjadi kemiskinan belajar bagi siswa yang sudah bisa mengakses pendidikan di sekolah adalah dengan meningkatkan kualitas pembelajaran. Jangan sampai pembelajaran hanya sekedar menunaikan kewajiban semata, tetapi harus benar-benar mengejar pada perubahan yang terjadi pada diri setiap siswa. Tanpa adanya perubahan dalam diri siswa, baik kognitif, afektif, maupun psikomotor, maka pembelajaran hanya akan menghasilkan KEMISKINAN BELAJAR.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *