Diriwayatkan dari Anas bin Malik RA, Rasul SAW bersabda :
إِنَّ لِلَّهِ أَهْلِينَ مِنَ النَّاسِ
Sesungguhnya Allah SWT memiliki beberapa keluarga dari kalangan manusia. [HR Ibnu Majah]
Allah SWT punya keluarga? Ya. Itulah yang disampaikan oleh Nabi SAW adalah hadits shahih di atas yang diriwayatkan juga oleh Imam Ahmad dan Al-Hakim. Namun bukankah Allah tidak punya anak dan tidak diperanakkan? Ya memang demikian. Lantas Apa maksud dari kata keluarga dalam hadits tersebut?
Kata “Ahlina” merupakan bentuk jamak dari “Ahlu” yang biasa diterjemahkan sebagai keluarga. Didatangkan dalam bentuk jamak untuk mengisyaratkan bahwa keluarga Allah itu banyak sekali jumlahnya. Dinamakan keluarga Allah adalah sebagai bentuk penghormatan atau dikenal dengan istilah “Idlafatu tasyrif wakhtishash” sebagaimana istilah Baytullah (rumah Allah), Naqatallah (Unta Allah), Ruhullah (Ruh Allah). Lantas apa maksud dari istilah “keluarga Allah”? As-Sindy berkata:
بِتَقْدِيْرِ أَنَّهُمْ أَهْلُ اللهِ أَيْ أَوْلِيَاؤُهُ الْمُخْتَصُّوْنَ بِهِ اِخْتِصَاصَ أَهْلِ الْإِنْسَانِ بِهِ
Dikira-kirakan sebagai keluarga Allah maksudnya mereka itu adalah kekasih-kekasihNya yang memiliki kedudukan yang istimewa seperti yang didapatkan oleh keluarga dari seseorang dari kalangan manusia dengannya. [Hasyiyah As-Sindy]
Dalam lanjutan hadits, Para sahabat bertanya : Siapakah keluarga Allah itu Ya Rasulallah? Maka beliau menjawab :
هُمْ أَهْلُ الْقُرْآنِ أَهْلُ اللَّهِ وَخَاصَّتُهُ
Mereka adalah ahli qur’an, keluarga Allah dan orang-orang istimewa di sisi Allah. [HR Ibnu Majah]
Siapakah Ahli qur’an itu? As-Sindy berkata :
حَفَظَةُ الْقُرْآنِ يَقْرَأُ أَنَاءَ اللَّيْلِ وَأَطْرَافَ النَّهَارِ الْعَامِلُوْنَ بِهِ
Mereka adalah penghafal qur’an yang membacanya di tengah-tengah malam dan sisi-sisi siang serta mereka juga mengamalkan isinya. [Hasyiyah As-Sindy]
Maka sungguh beruntung orang yang bisa menghafal dan mengamalkan al-Qur’an. Mereka menjadi manusia yang terpilih menjadi keluarga Allah. Khaytsamah mengisahkan bahwa suatu ketika ada seorang perempuan berpapasan dengan Nabi Isa bin Maryam AS. Perempuan tadi berkata : “Sungguh beruntung perut yang membawamu (ketika hamil), dan buah dada yang menyusuimu. Maka Nabi Isa menjawab :
طُوْبَى لِمَنْ قَرَأَ الْقُرْآنَ وَاتَّبَعَ مَا فِيْهِ
“Sungguh beruntung orang yang membaca Qur’an dan mengikuti petunjuk di dalamnya”. [HR Ibnu Abi Syaibah]
Mereka adalah orang-orang yang pantas agar kita iri kepada mereka. Iri pada umumnya tidak diperbolehkan, akan tetapi iri dan ingin menjadi seperti mereka adalah sebuah anjuran. Rasul SAW bersabda : “Tidak diperbolehkan iri kecuali pada dua orang, yaitu, pertama :
رَجُلٌ عَلَّمَهُ اللَّهُ الْقُرْآنَ فَهُوَ يَتْلُوهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ
“Seseorang yang telah diajari Al Qur`an oleh Allah, sehingga ia membacanya di pertengahan malam dan siang”,
Sampai tetangga yang mendengarnya berkata, ‘Duh.., sekiranya aku diberikan sebagaimana apa yang diberikan kepada si Fulan, niscaya aku akan melakukan apa yang dilakukannya.’
Yang kedua,
وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَهُوَ يُهْلِكُهُ فِي الْحَقِّ
“Dan seseorang yang diberi karunia harta oleh Allah, sehingga ia dapat membelanjakannya pada kebenaran”
lalu orang pun berkata, ‘Seandainya aku diberi karunia sebagaimana si Fulan, maka niscaya aku akan melakukan sebagaimana yang dilakukannya”. [HR Bukhari]
Maka hendaknya para penghafal qur’an atau mereka yang gemar membaca qur’an janganlah terkecoh dengan keindahan dunia sehingga mereka tergiur lalu meninggalkan qur’annya. Dalam Ihya Ulumuddin, Imam Ghazali menyebutkan hadits dimana Rasul SAW bersabda :
مَنْ قَرَأَ الْقُرْآنَ ثُمَّ رَأَى أَنَّ أَحَدًا أُوْتِيَ أَفْضَلَ مِمَّا أُوْتِيَ فَقَدِ اسْتَصْغَرَ مَا عَظَّمَهُ اللهُ
Barang siapa yang membaca Al-Quran kemudian ia meyakini ada orang lain yang diberikan anugerah yang lebih baik maka ia telah meremehkan apa yang agungkan oleh Allah. [HR Thabrany]
Teruslah istiqamah membaca Qur’an karena Qur’an yang dibaca akan menjadi penolong di hari kiamat. Rasul SAW bersabda :
اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ
Bacalah Qur’an karena ia datang di hari kiamat untuk menolong orang-orang yang senantiasa membacanya. [HR Muslim]
Ibarat orang yang terkena kasus maka ia akan mencari pengacara yang handal yang dapat menyelamatkannya dari jeratan hukum dan iapun rela membayar uang milyaran. Maka di pengadilan Allah tidak ada pengacara yang lebih dahsyat daripada Al-Qur’an. Imam Ghazali menutip hadits Rasul SAW :
مَا مِنْ شَفِيْعٍ أَفْضَلَ مَنْزِلَةً عِنْدَ اللهِ تَعَالَى مِنَ الْقُرْآنِ لَا نَبِيٌّ وَلَا مَلَكٌ وَلَا غَيْرُهُ
Tiada penolong yang lebih utama derajatnya di sisi Allah Ta’ala daripada Al-Qur’an, tidak juga nabi, malaikat atau yang lainnya. [Ihya Ulumuddin]
Pengacara tenar dan mahal sekalipun tidak akan menjamin kliennya bebas begitu saja dengan mudah, berapapun ia membayarnya. Namun Al-Quran, pembelaannya akan menyelamatkan kita di pengadilan hari kiamat. Nabi SAW bersabda :
مَنْ شَفَعَ لَهُ الْقُرْآنُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ نَجَا
Barang siapa yang ditolong oleh Al-Qur’an maka pastilah ia selamat. [Fadla’ilul Qur’an Lil Qasim bin Salam]
Dengan gagahnya di depan mahkamah hari kiamat, Al-Quran akan memberikan pembelaan. Ia berkata :
مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ فَشَفِّعْنِي فِيهِ
Wahai tuhanku, Sungguh aku telah membuatnya tercegah dari tidur di malam hari maka kiranya perkenanlah aku memberikan syafaat pertolongan untuknya. [HR Ahmad]
Dan dalam riwayat Al-Bazzar, ketika Al-Quran memberikan pembelaannya maka ia berkata : “Wahai tuhanku, Engkau telah meletakkan ayat-ayatku kepada pembawa yang terbaik. Ia (orang ini) menjaga batasan-batasan hukumku, mengamalkan kewajibanku, mengikuti ketaatanku, menjauhi maksiatku” dan terus qur’an memberikan pembelaan sehingga diterima pembelaannya lalu Al-Quran memegang tangan (kliennya; Ahlul Qur’an) kemudian ia mengenakan pakaian dari sutera tebal kepadanya dan mengenakan pula mahkota raja lalu memberikan minuman dengan memakai gelas kerajaan. [Majma’uz Zawa’id]
Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk senantiasa membaca, mempelajari Al-Quran dan mengamalkannya serta tidak terpedaya oleh keindahan dan kenikmatan dunia dari mengamalkan Al-Quran.
Penulis: Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag
Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jatim
Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata
Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!