“Manusia super” itulah gelar yang disematkan oleh orang-orang masa kini tatkala melihat seseorang yang memiliki kelebihan dari orang lainnya. Lantas gelar apalagi yang akan disematkan mereka tatkala mendengar keluarbiasaan seorang manusia paripurna yang didesain menjadi pungkasan para nabi dan rasul yang memiliki mukjizat sepanjang masa?. “Manusia bukan manusia” Gelar ini disematkan oleh sang penyair dalam syairnya :
محمد بشر لا كالبشر :: بل هو كالياقوت بين الحجر
Muhammad adalah manusia biasa, namun bukan seperti manusia biasa lainnya, karena Ia bagaikan batu mulia merah Rubi (merah delima) di banding sembarang batu lainnya.
Ada kisah menarik dari syair ini yang dialami oleh seorang ulama kelahiran tunisia dan dimakamkan di areal pekuburan qarafah (Cairo Necropolis) mesir , Syeikh Abul Mawahib As-Syadzili atau dikenal juga dengan sebutan Ibnu Zagdan, (820 H – 882 H) murid dari Ibnu hajar al-Asqalany (773 – 852 H). Pernah suatu ketika ia membaca syair tersebut dalam majelisnya dan pada malam harinya ia bermimpi bertemu Nabi ﷺ dan beliau berkata :
غفر الله لك ولكل من قالها معك
Mudah-mudahan Allah mengampunimu dan orang-orang yang membaca (syair di atas) bersamamu.
Sejak saat itu, sang syeikh menjadikan syair tadi sebagai “lagu wajib” yang senantiasa disenandungkan dalam setiap majelisnya hingga akhir hayatnya.
Senada dengan syair tadi, Syarafuddin Abu Abdillah Muhammad bin Zaid Al-Bushiri (610 – 695 H) yang terkenal dengan karya madahnya “burdah al-madih” setelah ia menyanjung-nyanjung Nabi ﷺ sampailah ia pada syair yang menjadi titik klimaks pujiannya :
فمبلغ العلمِ فيه أنه بشــــــرٌ :: وأنه خيرُ خلقِ الله كلهــــــمِ
Puncak pengetahuan tentangnya ialah bahwa ia adalah manusia
Dan ia adalah sebaik baik makhluk dari seluruh ciptaan Allah.
Superioritas Rasul SAW tidak hanya dari fisik beliau yang memiliki wajah bercahaya atau keringat yang berbau wangi yang dijadikan parfum oleh ummu sulaim RA, Bibi dari Radha’ah (saudara persusuan) beliau namun juga dari prestasi gemilang dalam mengubah dunia. Hal ini tidak hanya diakui oleh kalangan orang islam, Non muslimpun yang memiliki padangan objektif akan mengakui hal tersebut.
Michael H Hart (Lahir 1932 M) seorang yang beragama nasrani sarjana fisika, astronomi, dan hukum dan pengarang buku best seller, bekerja pada NASA dan guru besar astronomi dan fisika perguruan tinggi di Maryland, AS. dalam bukunya ‘The 100, A Ranking of the Most Influential Persons In History,’ (Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah) New York, 1978 menempatkan Nabi Muhammad ﷺ dalam urutan pertama dari 100 orang paling berpengaruh di dunia mengalahkan Isaac Newton, Paulus, dan Yesus.
Ia beralasan kebanyakan dari orang-orang besar yang ada dalam bukunya menjadi besar karena kebetulan lahir di negara-negara maju yang jadi pusat peradaban dunia. Bahkan tanpa ada mereka pun tetap saja negara-negara tersebut akan maju dan akan ada
banyak orang yang akan menggantikannya untuk memimpin kemajuan tersebut.
Sebut saja Napoleon Bonaparte yang memimpin Perancis untuk menguasai Eropa itu terjadi karena Perancis adalah memang negara Eropa yang besar dan kuat. Napoleon tidak bisa melakukan itu jika Perancis adalah negara yang kecil dan lemah. Dan pada akhirnya, Napoleon pun gagal dan meninggal dalam pengasingan.
Yesus pun meski merupakan penyebar agama Kristen yang pertama, namun dia ditangkap dan disalib oleh tentara Romawi. Jumlah pengikutnya saat Yesus meninggal tidak banyak. Paulus lah yang berhasil mengembangkan agama Kristen sehingga diterima bangsa Eropa.
Namun lihatlah kondisi sebaliknya, Nabi Muhammad ﷺ lahir di kawasan yang terbelakang, kota kecil di pinggiran yang jauh dari pusat perdagangan, seni, dan ilmu pengetahuan. Sangat kontras dengan negara besar saat itu yaitu Romawi dan Persia. Bangsa Arab pun saat itu adalah bangsa jajahan dan penyembah berhalal yang terbelakang dengan jumlah penduduk yang hingga sekarang pun tidak banyak serta terpecah menjadi berbagai suku yang saling perang satu sama lain. Namun dalam tempo 23 tahun beliau sanggup menyatukan bangsa Arab di dalam Islam bahkan bukan hanya sanggup menahan serangan tentara Romawi dan Persia, Bangsa Arab bahkan sanggup menaklukkannya.
Namun demikian masih banyak orang yang tidak mengakui kebesaran Nabi Muhammad ﷺ, hal ini bukan berarti beliau bukan orang besar tapi kebencian merekalah yang menutup matahatinya sehingga tidak bisa melihat dengan pandangan yang objektif. Al-Bushiri mengatakan dalam burdahnya:
أعيا الورى فهمُ معناه فليس يُرى في القرب والبعد فيه غير مُنْفحـمِ
Semua manusia sulit memahami hakikat Nabi. Dari dekat atau jauh, tak satu pun yang mengerti.
كالشمس تظهر للعينين من بعُـدٍ صغيرةً وتُكلُّ الطرفَ من أمَـــمِ
Bagaikan matahari yang tampak kecil dari kejauhan.
Padahal mata tak mampu melihatnya bila berdekatan.
Seorang penyair kontemporer dari sudan, DR. Wafi Al-Haji Majid mengakhiri rangkaian syairnya, ia berkata :
فإذا مدحتُ محمّدًا بقصيدتي :: فلقد مدحت قصيدتي بمحمّدِ
Kalaupun aku memuji Muhammad SAW dengan bait-bait puisi ku, maka sebenarnya yang aku lakukan adalah aku ingin memuja puisiku dengan menyebut-nyebut Muhammad ﷺ. Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk semakin mengetahui kebesaran Nabi ﷺ dan semakin cinta yang dibuktikan dengan perbuatan nyata untuk meniru sunnahnya. Selamat Maulid!
Penulis: Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag
Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jatim
Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata
Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!