Ragam  

Tak Terpengaruh Beras Oplosan, Warga Kampung Adat Cireundeu Konsisten Konsumsi Rasi Sejak 1918

Teropong Indonesia, KOTA CIMAHI – Di tengah maraknya peredaran beras oplosan yang diungkap Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, warga Kampung Adat Cireundeu di Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi, Jawa Barat, justru tenang-tenang saja. Alasannya sederhana, mereka tidak mengandalkan beras padi sebagai makanan pokok.

Selama lebih dari satu abad, warga Cireundeu mempertahankan tradisi mengkonsumsi rasi beras dari singkong sebagai sumber pangan utama.

Sekitar 60 kepala keluarga di kampung adat tersebut hingga kini masih melestarikan kebiasaan ini secara turun-temurun.

Salah satu warganya, Entis Sutisna (48), mengungkapkan bahwa sejak kecil ia telah dibiasakan mengkonsumsi rasi oleh orang tuanya. Pada Junat (18/7/2025), ia memperlihatkan tempat produksi beras singkong meski saat itu tidak sedang mengolah.

“Sejak kecil memang sudah diajarkan makan rasi. Sampai sekarang, kami tetap mengkonsumsinya,” kata Entis, yang merupakan generasi keempat dari keturunan Kampung Cireundeu.

Proses pembuatan rasi cukup mirip dengan penggilingan padi. Singkong yang dipanen dikupas, digiling, diperas, lalu dijemur selama dua hingga tiga hari hingga menjadi granul yang kemudian bisa ditanak seperti nasi.

Dalam sekali produksi, Entis mengolah sekitar 2 kuintal singkong dan menghasilkan 30 kilogram rasi.

Namun, produksi massal sulit dilakukan karena ketersediaan bahan baku yang terbatas.

Panen singkong bersifat bergilir, dan setiap kebun hanya bisa dipanen satu kali dalam 12 bulan.

“Rata-rata kami punya kebun di 6 sampai 7 lokasi. Tidak ada panen raya. Jadi produksinya terbatas,” jelasnya.

Meski produksi terbatas, jika hasil rasi melebihi kebutuhan rumah tangganya, Entis terkadang menjualnya kepada warga luar kampung. Harga jualnya saat ini mencapai Rp 12 ribu per kilogram.

Beberapa pembelinya bahkan berasal dari kalangan yang tidak cocok atau fobia terhadap nasi padi.

Entis menuturkan bahwa rasi bukan hanya tradisi, melainkan diyakini memiliki khasiat kesehatan.

Ia bahkan belum pernah mengkonsumsi nasi seumur hidupnya. Anak-anaknya pun selalu membawa bekal rasi ke sekolah.

“Ini bukan sekadar tradisi, tapi ada khasiat di dalamnya,” ujarnya.

Warga lainnya, Tatih (77), juga menegaskan kecintaannya terhadap rasi yang sudah dikonsumsi sejak kecil. Ia menyebut rasi sebagai makanan lezat yang cocok disantap dengan berbagai lauk, dari ikan, oreg kentang, bihun hingga tempe.

“Bagi emak mah ini enak, nikmat. Jadi beras mau mahal, mau oplosan, enggak pengaruh,” ucapnya santai sambil menyantap rasi yang disajikan dalam piring merah.

Sejarah rasi di Kampung Cireundeu bermula sekitar tahun 1918, digagas oleh Aki Ali yang kala itu ingin warganya mandiri pangan di tengah penindasan penjajah yang menguasai lahan pertanian.

Geografis wilayah yang berbukit juga menjadi faktor penghambat budidaya padi.

Abah Widi, salah satu tokoh adat, menjelaskan bahwa rasi awalnya lahir dari inisiatif sesepuh kampung untuk mengolah umbi-umbian sebagai alternatif.

Baru pada tahun 1924, rasi secara resmi dikembangkan menjadi makanan pokok masyarakat.

“Kalau bicara sejarah, sejak 1918 sudah mulai meninggalkan beras padi. Sekarang sudah 107 tahun kami tidak makan beras,” ungkap Abah Widi.

Menurutnya, rasi bisa menjadi solusi alternatif di tengah isu beras oplosan dan mahalnya harga beras saat ini.

“Ada rasi, beras singkong, yang sebenarnya bisa jadi alternatif. Tinggal masyarakat mau atau tidak mengubah pola makannya,” katanya.

Sebelumnya, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengungkap temuan 212 merek beras yang tidak memenuhi standar mutu, kualitas, dan kuantitas. Temuan ini hasil kerja sama Kementerian Pertanian dengan Satgas Pangan.

“Temuan ini sudah kami laporkan ke Kapolri, Jaksa Agung, dan Satgas Pangan agar segera ditindaklanjuti secara hukum,” ujar Amran, Sabtu (12/7/2025).

Amran berharap kasus ini bisa segera diproses demi melindungi masyarakat dari kerugian akibat peredaran beras tidak layak konsumsi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *