Do’a Safar & Allah Sumber Keselamatan

Diriwayatkan dari Hamzah bin Amr Al-Aslamy RA, Rasul ﷺ bersabda :
عَلَى ظَهْرِ كُلِّ بَعِيرٍ شَيْطَانٌ فَإِذَا رَكِبْتُمُوهَا فَسَمُّوا اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ
Di setiap punggung unta (kendaraan) itu ada setan. Maka jika kalian menungganginya, sebutlah nama Allah yang maha mulia lagi maha agung. [HR Al-Hakim]

Viral video kecelakaan terjadi di sepanjang Jalan Cipondoh, Tangerang, pada Kamis (31/10/24), ketika sebuah truk kontainer terlihat ugal-ugalan dan menghantam belasan kendaraan di area tersebut. Truk yang dikendarai tanpa kendali ini menerobos lampu merah dan mengabaikan pengendara yang tertabrak. Aksi nekat ini menyebabkan tujuh orang luka-luka. [jawapos com]

Kejadian tersebut menyadarkan kita betapa pentingnya berdoa sebab ternyata keselamatan itu bukan berasal dari kita sendiri, akan tetapi dari Allah SWT. Dialah sumber segala keselamatan. Diantara Dzikir beliau adalah :
اَللّهُمَّ اَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ تَبَارَكْتَ يَاذَاْلجَلاَلِ وَاْلاِكْرَامِ
“Ya Allah, Engkaulah keselamatan dan hanya dari-Mu segala keselamatan, Maha Berkah Engkau Wahai Dzat Yang Maha Agung dan Maha Baik.” [HR Muslim]

Syeikh Abadi menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan “Allah itu sumber keselamatan” adalah
أي من المعايب والحوادث والتغير والآفات
Keselamatan dari segala aib, peristiwa, perubahan dan mara bahaya. [Aunul Ma’bud]

Dan benarlah demikian, betapa para korban itu sudah taat aturan, memakai helm, membawa SIM dan STNK, berhenti ketika lampu merah menyala namun kecelakaan tetap terjadi dan menimpa mereka. Truk tronton yang menjadi pemicu kecelakaan, pada malam harinya kondisi remnya masih normal namun di pagi yang nahas itu tiba-tiba remnya blong sehingga sang sopir tidak bisa menguasainya.

Itulah mengapa Rasul SAW mengajarkan agar kita berdoa ketika hendak bepergian. Dalam hadits riwayat Muslim diriwayatkan bahwa Beliau ketika naik ke untanya untuk pergi safar, beliau bertakbir 3x kemudian membaca :
سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ
Maha Suci Allah yang telah menundukkan kendaraan ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami. [QS Az-Zukhruf 13 – 14]

Baca Juga :  KBRI Riyadh Gelar Diskusi Bedah Buku Kehidupan dan Warisan Keilmuan Syekh Nawawi Al-Bantani

Lalu beliau lanjut membaca doa :
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِي سَفَرِنَا هَذَا الْبِرَّ وَالتَّقْوَى وَمِنْ الْعَمَلِ مَا تَرْضَى اللَّهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هَذَا وَاطْوِ عَنَّا بُعْدَهُ اللَّهُمَّ أَنْتَ الصَّاحِبُ فِي السَّفَرِ وَالْخَلِيفَةُ فِي الْأَهْلِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ وَكَآبَةِ الْمَنْظَرِ وَسُوءِ الْمُنْقَلَبِ فِي الْمَالِ وَالْأَهْلِ

Ya Allah kami memohon kebaikan dan ketaqwaan dalam perjalanan kami dan keridhaan dalam amalan kami. Ya Allah mudahkanlah perjalanan kami ini dan lipatlah (dekatkanlah) jauhnya jarak perjalanan ini. Ya Allah Engkaulah yang menyertai kami dalam perjalanan ini, dan Engkaulah pengganti yang menjaga keluarga kami. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kesulitan safar ini, dari pemandangan yang menyedihkan, serta dari tempat kembali yang buruk baik di dalam urusan harta maupun keluarga. [HR Muslim]

Dalam do’a safar tersebut kita diajarkan tidak hanya mendoakan kita yang sedang bepergian namun kita juga mendoakan keluarga yang berada di rumah. Kitapun diajarkan bahwa selama dalam perjalanan agar kikta senantiasa berbuat kebaikan dan tidak melupakan ibadah kepada-Nya.

Doa itu ibarat senjata, Baginda Nabi SAW bersabda :
الدُّعَاءُ سِلَاحُ الْمُؤْمِنِ
“Doa itu merupakan senjata orang yang beriman [HR Al-Hakim]

Mengapa doa merupakan senjata? Al-Munawi berkata “karena doa itu bisa menolak bala’ dan mengatasinya seperti seseorang menolak musuhnya dengan pedang. Di hadapan bala’ bencana, doa seseorang memiliki tiga kondisi. (1) Doa lebih kuat dari bala’ maka doa bisa menolaknya. (2) Doa lebih lemah dari Bala’ maka seseorang tertimpa bala’ namun doa bisa meringankannya. (3) sama kuatnya, maka seseorang akan terhidar dari bala’ bencana”. [Faidlul Qadir]

Dan Jangan lupa, awali doa bepergian kita dengan menyebut nama Allah atau membaca basmalah agar kita terhindar dari setan yang mencelakakan kita sebagaimana hadits utama di atas. Bahkan sebaiknya basmalah kita baca sejak keluar rumah. Rasul SAW bersabda : Apabila seseorang keluar dari rumahnya kemudian dia membaca doa:
بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ، لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ
“dengan menyebut nama Allah, yang tidak ada daya tidak ada kekuatan kecuali atas izin Allah”

Baca Juga :  Kemenag Buka Rekrutmen 500 Da'i Untuk Wilayah 3T

Maka dikatakan kepadanya, ‘Kamu akan diberi petunjuk, kamu akan dicukupi kebutuhannya, dan kamu akan dilindungi’. Seketika itu setan-setan pun menjauh darinya. Lalu salah satu setan berkata kepada temannya, ‘Bagaimana mungkin kalian bisa mengganggu orang yang telah diberi petunjuk, dicukupi, dan dilindungi (oleh Allah)’” [HR Abu Daud]

Ketika mampir di tengah perjalanan, boleh jadi kejelekan akan menimpa kita sehingga kita dianjurkan pula untuk berdoa. Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa yang singgah di suatu tempat kemudian dia mengucapkan :
أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ
“Aku berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna dari kejelekan setiap makhluk”
maka tidak ada satu pun yang akan membahayakannya sampai dia pergi dari tempat tersebut.” [HR Muslim]

Ketika kita sampai pada destinasi (tujuan) kita jangan lup;a berdoa supaya Allah memberikan keselamatan yaitu dengan doa :
إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِهَا، وَخَيْرِ أَهْلِهَا، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا، وَشَرِّ أَهْلِهَا
“Ya Allah aku mohon kepada-Mu kebaikan negeri ini dan kebaikan penduduknya serta kebaikan yang ada di dalamnya dan aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan negeri ini dan kejahatan penduduknya. [HR Thabrani]

Akhirnya marilah kita doakan semoga saudara kita yang sedang dalam perjalanan diberi keselamatan oleh Allah swt dan mereka yang menjadi korban meninggal dalam kecelakaan mendapat predikat syahid akhirat, yakni orang yang mendapat pahala di akhirat, akan tetapi di dunia dihukumi meninggal seperti orang lainnya. Mengingat mereka meninggal karena mengalami benturan keras (Shahibul hadam).

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk selalu menyadari bahwa keselamatan di jalan raya bukan hanya karena kita taat berlalu lintas tapi juga karena Allah swt sehingga kita senantiasa berdoa dan memohon pertolongan kepada-Nya.

Baca Juga :  Referensi Perbedaan Penetapan Idul Adha

Penulis: Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jatim
Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata
Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *