Religi  

4 Tingkatan Penyeru ke Jalan Allah

Diriwayatkan dari Ka’b bin Ujrah, bahwasanya seorang tuna netra mendatangi Baginda Rasulullah SAW dan berkata “Wahai Rasulallah, Aku mendengar Adzan, namun terkadang aku tidak menemukan orang yang menuntunku. Maka Rasul SAW bersabda :
فَإِذَا سَمِعْتَ النِّدَاءَ فَأَجِبْ دَاعِيَ اللَّهِ
“Jika engkau mendengar suara adzan (diserukan), maka penuhilah penyeru Allah itu” [HR Thabrani].

Dalam islam, Adzan bukanlah sekedar tanda masuknya waktu shalat, tetapi ia adalah panggilan Allah sang Maha Besar. Rasul SAW bersabda dalam hadits utama di atas : “Jika engkau mendengar suara adzan, maka penuhilah penyeru Allah itu” [HR Thabrani].

Bahkan dalam hadits lain, adzan disebut dengan “panggilan yang sempurna”. Rasul SAW bersabda : Barangsiapa yang ketika mendengar adzan ia mengucapkan :
اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلَاةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيلَةَ وَالْفَضِيلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الَّذِي وَعَدْتَهُ
“Ya Allah, Rabb panggilan yang sempurna ini, serta shalat yang didirikan anugerahilah Nabi Muhammad wasilah dan keutamaan. Tempatkanlah ia pada kedudukan yang mulia sebagaimana Kau janjikan.”
Niscaya dia layak mendapat syafa’atku pada hari Kiamat. [HR Bukhari]

Adzan adalah panggilan yang terbaik. Allah swt berfriman :
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ…
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah… [QS Fushshilat : 33]

Sayyidah A’isyah RA berkata : orang yang menyeru kepada Allah adalah Muadzdzin (orang yang adzan) Tatkala ia berkata “Hayya Alas Sholah” maka sungguh ia telah menyeru kepada Allah. Dan Ibnu Umar RA berpendapat bahwa ayat tersebut memang turun berkenaan dengan orang yang adzan [Tafsir Ibnu Katsir]

Ada 4 Tingkatan penyeru ke jalan Allah. Pertama, Para Nabi dengan Mukjizatnya, Kedua Para Ulama dengan Hujjahnya, Ketiga Para Mujahid dengan kekuatannya dan ke empat adalah Muadzdzin dengan suaranya menyeru kepada Jalan Allah swt. [I’anatut Thalibin]

Baca Juga :  Ustadz Hasan Sadikin S.Pd Sampaikan 3 Mauidhoh Hasanah Sambut Ramadhan 1445 Hijriah

Dengan demikian maka kita ketahui bahwa adzan bukanlah panggilan biasa, karena adzan merupakan panggilan sempurna dari dzat yang maha sempurna, Penguasa semesta Alam Allah swt. Jika demikian, layakkah diremehkan bahkan dilecehkan?… Coba kita bayangkan, jika seseorang mendapat panggilan undangan dari seorang raja atau presiden untuk diberi hadiah dan penghargaan. Apakah undangan tersebut bernilai biasa, dengan perasaan yang biasa-biasa pula?

Pastilah tidak! Ia akan mengagungkan panggilan tersebut, bahkan boleh jadi ia akan mengabadikan undangannya. Lantas bagaimanakah dengan panggilan adzan yang mulia dari dzat yang maha mulia, untuk diberikan hadiah yang mulia nan istimewa? “Hayya Alal Falah” (marilah menuju keberuntungan).

Panggilan adzan itu merupakan panggilan keberuntungan. Bagaimana tidak, panggilan raja hanya akan mendatangkan sekeping emas, namun Panggilan Allah akan mendatangkan gunung emas dan permata yang tak ternilai harganya, sebab balasannya adalah surga.

Nabi SAW bersabda : “Apabila penyeru adzan mengucapkan Allahu Akbar, Allahu Akbar, maka salah seorang dari kalian menjawab Allahu Akbar, Allahu Akbar. Sampai tatkala muadzin mengucapkan, Laa ilaahaa illallah, maka dia menjawab, Laa ilaaha illallahu dengan setulus hatinya, maka ia akan masuk surga.”[HR. Muslim]

Panggilan adzan itu bukanlah panggilan biasa, karena itu setanpun lari mendengarnya. Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda :
إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ أَدْبَرَ الشَّيْطَانُ وَلَهُ ضُرَاطٌ حَتَّى لَا يَسْمَعَ التَّأْذِينَ فَإِذَا قَضَى النِّدَاءَ أَقْبَلَ
Jika adzan dikumandangkan maka setan lari berpaling sambil terkentut-kentut dengan keras, sehingga ia tidak mendengar adzan. Dan jika seruan adzan selesai, dia datang lagi. [HR Bukhari]

Sebagai sebuah panggilan untuk menunaikan sholat, Adzan disunnahkan untuk dikumandangkan dengan keras, hal ini berbeda dengan adzan untuk bayi yang dibaca secara pelan[Lihat I’anatut Thalibin]. Di zaman Rasul, Adzan dikumandangkan dari tempat yang tinggi. Ummu Zaid bin Tsabit berkata :
كان بيتي أطول بيت حول المسجد فكان بلال يؤذن فوقه من أول ما أذن إلى أن بنى رسول الله صلى الله عليه وسلم مسجده فكان يؤذن بعدُ على ظهر المسجد وقد رفع له شيء فوق ظهره
Rumahku adalah rumah paling tinggi yang berada di sekitar masjid (Nabawi), maka Bilal mengumandangkan adzan dari atas rumahku dari masa permulaan adzan sampai Rasul SAW membangun masjidnya. Barulah setelah itu, Bilal adzan dari atas dataran tinggi dari masjid yang mana disitu ditinggikan. [Thabaqat/Tafsir Haqqi]

Baca Juga :  Meneruskan Lima Hasil Ibadah di Bulan Ramadhan Untuk Bekal Sebelas Bulan Kedepan

Ada sebuah perbincangan menarik antara muslim dan non muslim mengenai adzan dengan suara keras. Non muslim (NM) bertanya : “Kenapa kalau adzan harus dibunyikan keras-keras dengan speaker pula?”. Muslim (Ms) : “Bro, adzan itu adalah panggilan sholat, pasti dong namanya panggilan tidak mungkin dengan cara yang sama seperti berbicara atau berbisik-bisik”. NM : “Tapi kan di orang-orang sekitar tidak semuanya muslim?”. Ms: “Benar. Bro, kita sekarang sedang ada di bandara, dengar kan announcement bandara selalu memberikan panggilan boarding? Apakah kamu juga mempertanyakan ke mereka mengapa melakukan panggilan boarding pesawat yang lain keras-keras padahal bukan panggilan pesawatmu?”. NM : “Tapi kan hari gini semua orang sudah tahu dengan teknologi jam berapa waktu sholat apa, apa masih harus adzan keras-keras?”. Ms: “Ya setiap penumpang juga kan sudah tau jadwal penerbangannya sejak pesan dan memegang tiket, kemudian check-in, sudah tercetak jadwal keberangkatannya di boarding pass, sudah masuk ruang tunggu, tapi tetap bandara melakukan panggilan boarding bukan?… Dan ada satu hal lagi mengapa adzan harus dikumandangkan, itu bukan hanya sebagai penanda sudah masuk waktu sholat tapi benar-benar panggilan sholat, karena kami harus menyegerakan sholat. Sama halnya semua penumpang harus menyegerakan masuk pesawat setelah panggilan boarding, walaupun masih ada waktu naik pesawat sampai pesawat tutup pintu”. Mendengar jawaban ini NM tersenyum lebar dan setengah memeluk sambil menepuk-nepuk bahu Ms dan NM berkata : “Super, I got it bro“ [swamedium com]

Selanjutnya, marilah kita introspeksi diri kita sendiri jangan-jangan kita juga melecehkan adzan dengan bermalas-malasan mendatangi panggilan adzan, bahkan cuek dan pura-pura tidak mendengarnya. Kita sangat perhatian kepada panggilan di Bandara, sebab tidak rela ketinggalan Pesawat, sementera tidak mempedulikan adzan, sehingga ketinggalan sholat. Astagfirullah. Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka hati kita untuk lebih semangat dan istiqamah menjawab dan mendatangi panggilan Allah untuk sholat lima waktu.

Baca Juga :  Baznas Banyumas: “Potensi Zakat Mencapai 922 Miliar, Namun Kesadaran Zakat Hanya 55 Miliar”

Penulis:
Dr.H.Fathul Bari. SS., M.Ag
Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jawa Timur Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *