Religi  

Cerita Dosen Unsoed Purwokerto Menjalani Puasa di Amerika

(Koran Sinar Pagi)-, Shofi Mahmudah Budi Utami tak mudik lebaran. Dosen Jurusan Sastra Inggris Unsoed ini berada kota Binghamton, di negara bagian New York. Dia sedang menempuh studi doktoral (S3) di State University of New York (SUNY).

Amerika Serikat sebetulnya sudah tidak asing lagi bagi Shofi. Dia pernah mengikuti pertukaran pelajar semasa kuliah S1, hampir 14 tahun yang lalu, dan berlebaran di KJRI Los Angeles, California. Sebelum kuliah doktoral, Shofi juga sempat berlebaran di Alabama bersama teman-teman Indonesia lainnya dari The University of Alabama, Tuscaloosa.

“Saya baru akan mudik ke Indonesia nanti saat liburan musim panas sekitar bulan Juni 2024,” ujar Shofi.
Keseharian Shofi sebagai mahasiswa bisa dibilang agak monoton. Hampir sebagian besar waktunya habis untuk kuliah, diskusi, dan mengerjakan tugas dari kampus. Di bulan Ramadhan, dia pun menjalani aktivitas puasa, sebagaimana muslimah lainnya. Untungnya, cuaca di kota Binghamton—tepat tinggalnya, mendukungnya untuk berpuasa dengan nyaman.

Letak geografis kota Binghamton berada di Amerika bagian utara. Khusus puasa kali ini Shofi tidak merasakan suhu yang panas. Puasa Ramadhan yang dimulai di bulan Maret 2024 terbilang masih di waktu-waktu sisa musim dingin. Di kota Binghamton sendiri musim semi (spring) dimulai agak terlambat. Di bagian tengah atau selatan biasanya spring biasanya sudah masuk di bulan Maret atau bahkan Februari.

“Kondisi ini sangatlah berbeda dengan pengalaman saya tahun lalu, berpuasa di Tuscaloosa, Alabama di sekitar bulan April 2023, dimana sudah memasuki awal musim panas. Suhu di Tuscaloosa pada saat itu bisa mencapai 35 – 38 C. Kondisinya sangat terik, lembab, tapi juga kadang sangat kering,” cerita Sofi.
Bisa dibilang, saat ini di Binghamton lebih nyaman untuk berpuasa, karena suhunya berkisar 8 – 10 C, dan sesekali masih turun ke 4 C. “Meskipun berpuasa selama 14,5 jam, rasa dahaga tidak terlalu berat,” ujar penerima beasiswa program doktoral dari Fulbright ini.

Baca Juga :  94 Kepala Desa dan Lurah Ikuti Pesantren Kilat di Pondok Pesantren Internasional Asy Syifaa

Walaupun di kampus sering ada agenda buka bersama yang diselenggarakan oleh Muslim Student Association (MSA), Shofi lebih memilih untuk memasak sendiri di apartemen. Sebab, selain karena cuaca yang masih sering tak terduga–kadang hujan salju lebat atau ada peringatan angin yang sangat kencang, bus kampus juga makin langka di malam hari.“Memasak sendiri lebih nyaman, karena bisa menghemat waktu. Terkadang menunggu bus akan sangat lama,” ujar dia.

Ini sangat berbeda dengan kondisi Shofi saat berada di Tuscaloosa, di mana masjid berada dekat dari tempat tinggalnya. Dia bisa mengagendakan berbuka dengan teman-teman mahasiswa yang lain karena lokasi tempat tinggal saling berdekatan, bahkan menjangkau kampus pun bisa dengan jalan kaki saja.

“Selain itu, yang paling berkesan adalah, saat kami mahasiswa Indonesia di Tuscaloosa diajak oleh keluarga muslim Indonesia yang sudah tinggal puluhan tahun di Amerika dan memiliki restauran di dekat kampus Alabama. Saat itu sholat Ied bersama di salah satu taman kota, yang kemudian dilanjutkan dengan undangan makan bersama di restauran beliau.”

Di New York, karena tempat tinggalnya cukup jauh dari masjid dan Shofi tidak memiliki kendaraan pribadi, dia mengaku belum tahu akan ikut sholat Ied di mana. “Memang, pengalaman Ramadhan kali ini tidaklah sehangat yang saya rasakan di Los Angeles, California maupun di Tuscaloosa, tetapi bukan berarti Ramadhan ini tidak bermakna, karena dengan suasana New York yang lebih tenang ini saya melihat sisi lain untuk memaknai Ramadhan dengan lebih dalam lagi” pungkasnya.

https://youtu.be/DdzwXVwYPNM?si=S6ZpSSJIgt9yMW-M

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *