Religi  

Qana’ah Menghadirkan Kebahagian Dalam Berbagai Kondisi

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Rasul SAW bersabda:
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ
(Ukuran) kekayaan yang hakiki itu bukanlah dari banyaknya harta benda akan tetapi kekayaan yang sesungguhnya adalah kaya hati. [HR Bukhari]

Hotman Paris sedang galau. Viral video pengacara kondang itu sedang galau mencari kebahagiaan meskipun ia sedang berada di Bali, destinasi wisata dunia. Dalam video itu ia berkata : “Aku sendiri belum menemukan apa sih kebahagian itu dan di mana untuk mendapatkannya… Kebahagiaan itu di mana sih, haduh, susah banget sih mencari kamu, mencari dan mencari eh tetap makanya nasi padang, nasi rawon bahkan ikan teri apalagi saya suka… Mungkin saya di Bali harus masuk di pusat keagamaan, saya mau belajar atau tinggal di sana berbulan-bulan sampai akhirnya sel-sel dalam tubuhku sudah berubah bukan seorang Hotman Paris yang selalu mencari popularitas, yang dimusuhin orang karena iri. Walaupun saya lagi di Bali saya lemes saya pandang kiri, kanan.”

Sungguh mengejutkan, bagaimana tidak? Pengacara terkenal dengan tarif 1,3 miliar per kasus dengan total Kekayaan Rp 4,5 Triliun, Termasuk 500 Apartemen dan 200 Unit Ruko. 12 vila mewah di Bali, beberapa hotel di berbagai daerah, Lamborghini seharga 11 miliar, Bentley seharga 10 miliar. [Liputan6 com] Selalu tampil dengan baju milyaran dikelilingi wanita-wanita cantik. Bisa-bisanya ia mengaku susah dan galau karena tidak merasakan kebahagiaan.

Hal ini semakin mempertegas bahwa kebahagiaan sejati bukan datang dari harta duniawi melainkan dari hati dan pikiran. Nabi SAW bersabda :
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ
(Ukuran) kekayaan yang hakiki itu bukanlah dari banyaknya harta benda akan tetapi kekayaan yang sesungguhnya adalah kaya hati. [HR Bukhari]

Baca Juga :  Puncak Perayaan Waisak 2568 BE, Pemasangan Chattra Borobudur Simbol Keluhuran Buddha

Dale Breckenridge Carnegie (1888 –1955) motivator dunia dari Amerika Serikat dan penulis buku spektakuler “How to Win Friends and Influence People” (Bagaimana Mencari Kawan dan Mempengaruhi Orang Lain) yang di terjemahkan ke 37 bahasa. Ia mengatakan “Bukan apa yang anda miliki, atau siapa diri anda, atau dimana anda berada, atau apa yang anda lakukan yang membuat anda bahagia. Namun apa pemikiran anda.”

Hal ini juga menyadarkan kita bahwa kebahagiaan sejati bukan dengan mendapatkan harta, tahta dan wanita melainkan dengan taqwa. Abu Mulailah Al-Hathi’ah, penyair Muhadlram dalam bahar wafir berkata :
وَلَسْتُ أَرَى السَّعَادَةَ جَمْعَ مَالٍ :: وَلَكِنَّ التَّقِيَّ هُوَ السَّعِيدُ
“Aku melihat kebahagiaan bukanlah terletak pada harta akan tetapi orang yang bertaqwa itulah orang yang bahagia”. [Bahjatul Majalis]

Hal ini juga membelalakkan mata kita bahwa kebahagiaan sejati tidak didapat dengan uang akan tetapi dengan qana’ah. Orang bijak berkata : “Kaya belum tentu bahagia, Miskin belum tentu susah dan setiap orang akan menjadi bahagia apapun kondisinya asal dia mau ber-qana’ah (menerima ketentuan Allah dengan ridla dan senang hati). Banyak belum tentu cukup dan sedikit belum tentu kurang, maka cukup dan tidaknya itu adalah pilihan”. Qanaah bisa didapati dengan menjalankan titah Nabi :
انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ
Lihatlah orang yang (strata sosila dan ekonominya) berada di bawahmu dan janganlah engkau melihat orang yang berada di atasmu. Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu. [HR Muslim].

Untuk mencapai bahagia, Anak kecil berkata kapan menjadi dewasa. Pemuda berkata andai saja aku kembali kecil. Orang tua berkata andai saja masa muda kembali lagi. Orang yang telah menikah berkata andai saja aku kembali pada masa lajang. Orang yang lajang berkata andai saja aku telah menikah. Orang yang memiliki banyak anak berkata andai saja aku memiliki satu anak saja. Yang memiliki banyak anak berontak seraya berkata andai saja aku tidak memiliki anak. Dan yang telah menikah dengan satu perempuan menginginkan menikah lagi untuk mencari kebahagiaan. Ya, semuanya mencari kebahagiaan akan tetapi ujung-ujungnye mereka kecewa karena kata “kebahagiaan” merupakan pepesan kosong. Bahagia bukanlah sebuah kata yang tiada makna dan hampa. Namun bahagia memiliki dimensi yang sangat luas, yaitu mencakup kebahagian di dunia dan di akhirat.

Baca Juga :  Sandiaga Uno : "Jika Santri Ingin Jadi Pengusaha Harus Gercep, Geber dan Gaspol"

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati kita untuk senantiasa memperbaiki diri, hati, pikiran dengan tuntunan Nabi SAW sehingga kita menggapai kebahagian dunia dan akhirat nanti.

Penulis: Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jatim
Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata
Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *