Teropong Indonesia, KOTA CIMAHI – Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) di SMAN 3 Cimahi menjadi sorotan publik setelah muncul keluhan dari sejumlah siswa terkait kualitas dan rasa makanan yang disediakan.
Meski begitu, pihak sekolah dengan sigap merespons keluhan tersebut melalui berbagai evaluasi dan langkah perbaikan guna memastikan program tetap berjalan optimal dan bermanfaat.
Wakil Kepala Humas SMAN 3 Cimahi, Rika Hasbah, menjelaskan bahwa program MBG sudah berjalan sejak 6 Januari 2025, bertepatan dengan kunjungan Menteri Pemuda dan Olahraga ke sekolah tersebut. Di tahap awal, makanan disediakan oleh mitra dapur MBG yang berlokasi di kawasan Pasirkaliki.
“Dari awal memang ada catatan soal rasa dan tampilan makanan yang kurang menarik. Tapi kami langsung menindaklanjuti dengan survei ke siswa dan menyampaikan hasil evaluasi ke penyedia makanan,” ungkap Rika saat ditemui pada Selasa (22/9/2025).
Pihak sekolah aktif meminta variasi menu agar sesuai dengan selera siswa. Rika mengakui bahwa selera makan siswa sangat beragam, dengan kecenderungan sebagian siswa terutama perempuan yang lebih selektif terhadap menu yang disediakan.
“Sudah mulai ada perbaikan, seperti variasi nasi dengan lauk berbeda sesuai masukan siswa. Kami juga meminta agar menu tidak monoton,” tambahnya.
Tak hanya mendengarkan aspirasi, sekolah juga melakukan pengawasan langsung terhadap distribusi makanan. Guru-guru ditugaskan secara bergiliran untuk memantau konsumsi siswa dan memastikan makanan tidak terbuang sia-sia. Bahkan, makanan sisa dikemas ulang dan dibagikan ke guru atau warga sekitar agar tetap termanfaatkan.
Terkait laporan adanya ulat dalam sayuran di awal pelaksanaan program, Rika memastikan sekolah langsung mengambil tindakan cepat.
“Kami laporkan dengan bukti lengkap ke penyedia dapur, dan mereka merespons dengan baik. Ini bentuk tanggung jawab bersama,” tegasnya.
Saat ini, setiap pekan pihak dapur mengirimkan daftar menu untuk dievaluasi sebelum distribusi. Siswa juga dilibatkan dalam memberikan rekomendasi makanan favorit mereka seperti mie ayam dan nasi padang, yang kemudian diteruskan ke penyedia makanan.
Rika menegaskan bahwa sejauh ini tidak ada kejadian serius seperti keracunan makanan. Ia berharap evaluasi berkelanjutan dapat membuat program MBG lebih diterima siswa dan tetap mendukung kesehatan serta konsentrasi belajar mereka.
“Tujuan utama program ini sangat baik. Kami ingin memastikan manfaatnya benar-benar dirasakan siswa. Kritik tetap kami terima sebagai bahan perbaikan,” pungkasnya. (Gani Abdul Rahman)





