TEROPONG INDONESIA-, Keteladanan dari guru dalam bentuk perbuatan akan lebih berdampak pada siswa, dari pada hanya kata-kata. Selain itu metode mengajar atau mendidik siswa yang dipakai guru sangat mempengaruhi siswa memahami apa yang dipelajarinya.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas SMAN 3 Kota Bandung yang memiliki tugas mengajar mata pelajaran Pendidikan Pancasila, Dr. Ida Rohayani, S.Pd, M.Pd, menjelaskan misalnya saya sebagai seorang guru berharap banyak siswa disiplin. Maka sayanya dulu yang harus disiplin. “Contohnya datang ke kelas lebih awal sebelum siswa masuk, hal itu akan membuat siswa disiplin dan lebih menurut jika diarahkan untuk disiplin. Sempat saya meminta, nak jangan telat ya datang ke sekolahnya, mereka menjawab siap untuk tidak telat, karena ibu mencontohkan langsung tentang hal itu. Makanya dengan keteladanan akan lebih mudah mengarahkan siswa disiplin, beda kalau hanya dengan kata-kata saja,”jelasnya kepada Koran SINAR PAGI diruang kerjanya.
Dr. Ida Rohayani, S.Pd, M.Pd, juga menceritakan pada acara Nagabonar Terharu saat memperingati hari guru tahun ini. Siswa menampilkan gaya gurunya mengajar di kelas. Pada saat Cosplay, mereka memainkan kostum dan peran guru dengan penuh kemiripan, itu menjadi bukti anak memperhatikan gerak gerik gurunya dikelas. Selain itu mereka membuat film tentang kedekatan guru dengan muridnya.
Menurutnya guru yang memiliki metode mengajar atau mendidik siswa akan lebih dikenang oleh siswa-siswanya. “Dulu itu saya masih ingat punya guru matematika namanya Ade Sumarna dari SMAN di Balaendah, beliau mengajarkannya matematika dengan seni mendongeng, padahal yang dibahasnya tentang integral matematika. Hal itu membuat siswa lebih paham, disaat banyak siswa yang menilai pelajaran matematika itu sulit dipelajari,”ucapnya.
Karena bakat potensi siswa berbeda-beda, ada yang dominannya tumbuh melalui proses mendengar, visual atau kinestetiknya. Maka sebuah metode mengajar tidak bisa satu yang dipakai, harus banyak. Sesuai teori psikologi perkembangan pendidikan siswa. Sebab siswa itu kan ada yang levelnya dasar, cakap atau mahir.
Dr. Ida Rohayani, S.Pd, M.Pd, mengungkapkan pada dasarnya, karena guru itu adalah suri teladan. “Maka yang harus dijaga yaitu etika, hati nurani saat mendidik atau menggali potensi dari siswanya. Sesuaikan kodrat jamannya dan alamiahnya, jangan paksa mereka menjadi seperti kita. Sebab mereka memiliki masa depan sendiri, tugas guru ialah bagaimana membangun potensi siswa itu dan mewujudkan cita-citanya,”ungkapnya.