Teropong Indonesia (Cilacap)-, Menjadi petugas atau pekerja sosial membutuhkan semangat, kemanusiaan, rasa kasih sayang, dan ketekunan yang tinggi. Dengan semangat yang kuat dan rasa kemanusiaan yang mendalam, mereka dapat membantu menciptakan perubahan yang positif dalam masyarakat.
Hal tersebut disampaikan Pj. Bupati Cilacap Yunita Dyah Suminar usai menghadiri silaturahmi keluarga besar Dinas Sosial Kabupaten Cilacap. Acara yang bertema “Spirit Silaturahmi, Rangkul Persaudaraan” diselenggarakan di Aula Diklat Praja pada Minggu (21/5/2023) dengan pembicara Kyai Fuad Hasan.
“Untuk spirit dan memotivasi bahwa ketika kita menjadi petugas, pekerja sosial atau sebagai tenaga di bidang sosial itu banyak hal yang dilakukan dengan rasa kemanusiaan, rasa kasih sayang, dan tidak putus asa,” kata Yunita.
Silaturahmi diikuti oleh jajaran Dinas Sosial, Dharma Wanita, Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK), Taruna Siaga Bencana (Tagana), Karang Taruna, Pelopor Perdamaian (Pordam), Pekerja Sosial, dan Pendamping Sosial PKH (Program Keluarga Harapan). Turut hadir Ketua DPRD Taufik Nurhidayat, Sekretaris Daerah (Sekda) Awaluddin Muuri, Plt. Asisten Asisten Pemerintahan Sekda Budi Santosa, para kepala OPD dan pimpinan lembaga.
Yunita menambahkan, kehadiran para pengambil kebijakan dalam silaturahmi ini sebagai dukungan kepada petugas dan pekerja sosial, karena perannya sangat penting dalam menangani persoalan sosial, selain itu juga membantu masyarakat yang menghadapi masalah sosial.
“Mereka (petugas dan pekerja sosial) adalah ujung tombak dari pengentasan masalah-masalah sosial di Kabupaten Cilacap. Masalah sosial itu banyak, ada kemiskinan, disabilitas, ODGJ, anak jalanan, orang terlantar, dan kaum rentan. Banyak sekali yang harus kita atasi tentu hari ini dengan Ketua DPR, Dinas Sosial, OPD lainnya juga hadir hari ini,” tambahnya.
Ia juga menyinggung mental malas beberapa penyandang masalah sosial, dengan berpura-pura miskin dan memohon perhatian orang lain. Hal ini sangat buruk dan perlu mendapat perhatian pemerintah melalui petugas dan pekerja sosial.
“Dia menjadi orang yang malas, kalau kita lihat di media itu orang yang mohon maaf seolah-olah miskin tapi kemudian setelah dilihat rumahnya gedong, punya mobil bahkan duitnya banyak. Untuk menghilangkan mental miskin karena tentu saja penyakit mental miskin ini sangat buruk dan tidak diharapkan,” kata Yunita.
Hal ini tentu sangat berpengaruh terhadap angka kemiskinan di Kabupaten Cilacap, padahal dengan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan daerah yang cukup baik, seharusnya angka kemiskinan di Kabupaten Cilacap bisa lebih rendah. Hal ini bisa terjadi karena kurangnya pemerataan kesejahteraan di masyarakat. Ia berharap masyarakat memiliki semangat untuk bekerja dan semangat untuk tidak diberi, tetapi sebaliknya memiliki semangat untuk memberi. Kepada petugas BPS dan pendamping ia berpesan pada saat survey untuk bisa membantu masyarakat memberikan kondisi yang sesungguhnya.
“Saya mengatakan kepada BPS dan teman-teman yang mendampingi, tolong ditanyakan lebih dalam apakah betul-betul miskin atau sebetulnya nyupang miskin. Nyupang itu kan berarti pura-pura,” pungkasnya.