(Teropong Indonesia)-, Sejak 24 Agustus 2023 Mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menetapkan Kota Bandung Raya darurat sampah. Hal ini dikarenakan volume sampah di Bandung Raya sudah melebihi daya tampung di TPA Sarimukti yang merupakan TPA Bandung Raya, kapasitas daya tampung luas area 43,6 Ha volume 15.434.994 M3 padahal menurut DED kapasitas awal hanya 1.962.637 M3.
Terlebih pada 19 Agustus 2023 terjadi kebakaran di Zona 4 Sarimukti yang kemudian merembet ke zona-zona lain yaitu Zona 1, 2 dan 3, yang menyebabkan darurat sampah menjadi akut dan berkepanjangan.
Merespon situasi di atas IA ITB, IKA UNPAD, IKA UNPAR dan IA ITENAS meluncurkan program Bandung Raya Zero Waste. Untuk pertama kalinya program ini disosialisasikan pada acara Ulang Tahun Kota Bandung ke-213 yang diadakan pada 14 Oktober 2023 lalu.
Ketua IA ITENAS Panca Saktiadi yang merupakan inisiator dari program penanganan sampah di tingkat perumahan menjelaskan sampah organik perumahan sebetulnya dapat diselesaikan dirumah. Caranya dengan menyiapkan proses pengomposan yang sangat sederhana. Sampah-sampah organik sisa dapur dimasukan ke dalam paralon dicampurkan dengan air kelapa atau sisa cucian beras, setelah itu ditambahkan dengan gula merah. campuran-campuran tadi akan menghancurkan sampah sisa dapur tanpa mengeluarkan bau busuk sama sekali, malah menghasilkan kompos untuk tanaman di sekitarnya.
Ketua IKA UNPAD Irawati Hermawan menyambut inisiasi ini melalui program Bandung Raya Zero Waste. Ide yang baik dan berguna bagi masyarakat saya rasa perlu didukung. IKA UNPAD siap untuk mendukung program Bandung Raya Zero Waste melalui sosialisasi, pendampingan dan pelatihan ToT (Training of Trainer) dimulai dari tingkat RW dan Perguruan Tinggi, sehingga lebih banyak masyarakat dapat mengikuti program ini. Program ini akan menargetkan lebih dari 800 RW di Bandung Raya, ujarnya.
Ketua IA ITB Gembong Primadjaya menambahkan, dalam skala besar, ITB akan mendukung program ini melalui pengadaan mesin pengolah sampah non organik yang dikumpulkan secara komunal/wilayah. IA ITB dalam melakukan program pengolahan sampah ini menggunakan mesin teknologi tepat guna (teknologi pyrolisis dan wet scrubber), yang merupakan produksi dari salah satu Alumni IA ITB. Program pengolahan sampah ini sudah dilakukan di beberapa daerah. Jadi manakala sampah organik diselesaikan di rumah masing-masing, maka sampah non organik dikumpulkan secara komunal dan dapat diolah menjadi bentukan baru yang bersifat ekonomi seperti bahan bakar minyak, briket atau biji plastik.
Dihubungi secara terpisah, Ketua Umum IKA UNPAR Ivan Sadik menambahkan sosialisasi program Bandung Raya Zero Waste akan menyelipkan pelatihan wirausaha karena kompos tersebut juga bisa disalurkan sehingga bernilai ekonomis.
Irawati menambahkan bahwa program ini akan dikembangkan ke seluruh Jawa Barat dengan mengajak ikatan alumni lain di Jawa Barat seperti ILUNI UI, HA IPB dan IKA UPI. Kebetulan ikatan alumni Jawa Barat dari tahun ke tahun sudah melakukan kegiatan bersama-sama jadi akan lebih memudahkan dalam berkoordinasi. Dengan demikian program Bandung Raya Zero Waste kedepannya dapat berkembang menjadi Jabar Zero Waste. Hal ini akan didiskusikan dengan PJ Gubernur Pak Bey Machmudin, tutupnya.