Presiden 2024 Berasas Kriteria Rakyat

Penulis: Dwi Arifin (Wartawan Jenjang Muda Media Cetak & Online, Kepala Pusat Data & Pengembangan Media Massa Organisasi Profesi Jurnalis Independen Bersatu, & Duta Baca Dispusipda Jabar)

“Jika keadaan manusia sudah rusak maka yang jadi pemimpin adalah orang yang buruk.” (Tafsir Ad-Dur Al-Mantsur)

Misalnya ada 3 calon pemimpin, pertama pemimpin yang kecerdasannya tinggi, ke dua pemimpin yang sangat akrab atau dekat dengan rakyat katagori sumber daya manusia menengah bawah, sedangkan ke tiga pemimpin yang memiliki keberanian tinggi dan populer di masyarakat tingkat global.

Berdasarkan karakter unggul masing-masing pemimpin tersebut, otomatis pemimpin pertama akan dipilih dan didukung oleh generasi yang lahir dari perguruan tinggi. Sedangkan untuk yang kedua akan didukung oleh masyarakat lulusan SD/SMP bahkan tidak sekolah, mereka memiliki hak pilih. Karena kadang mereka untuk mengikuti jalan pikiran orang-orang yang terlalu cerdas terasa rumit, sehingga mereka memilih yang biasa-biasa saja. Berbeda dengan yang ke tiga, Dia akan menjadi daya tarik bagi mereka yang ada di luar negeri karena populer di lintas negara atau mereka yang ingin mendapatkan perlindungan jarak jauh oleh pemimpin negaranya saat ada berada di luar negaranya.

Itu semua bisa jadi gambaran siapa pemimpin Indonesia ke depan, sangat ditentukan oleh berapa banyak jumlah kelompok yang ada. Jika masyarkatnya sudah banyak yang cerdas-cerdas, maka pemimpin yang pertama lebih cocok, namun jika masyarakatnya masih berpikir sederhana dan kecerdasasannya masih dibawah rata-rata, maka pemimpin ke dua lebih cocok. Sedangkan jika masyarakat sudah mulai berpikir global bersaing antar negara, maka pemimpin ke tiga lebih cocok.

Prediksi tersebut juga dapat dikuatkan dengan pernyataan masyarakat di daerah. “Dia itu cerdas, namun karena sangat cerdas apa yang dibicarakan tidak mudah dipahami oleh saya sebagai masyarakat yang tak lama menduduki bangku sekolah. Dia itu tidak terlalu cerdas, tapi sopan dan sangat dekat dengan rakyatnya, maka Dia saya pilih. Dia itu terkenal di dunia internasional atau lintas negara, namun saya tidak memilih Dia, karena bisa saja dari kedekatnya dengan negara-negara lain. Kebijakan yang diputuskan kedepannya akan menguntungkan negara lain, bukan negaranya sendiri”

Baca Juga :  FORNAS VII 2023, PT.ISAM Sponsorship Olahraga Lempar Pisau

Selain itu kondisi masyarakat bagian dari cermin pemimpinnya dijelaskan dalam Al-qur’an:

“Dan demikianlah Kami jadikan sebagian orang-orang yang zalim itu menjadi pemimpin bagi sebagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan” (QS Al-‘An`ām: 129)

Ketika Al-Hafidz As-Suyuthi menafsirkan ayat ini, beliau mencantumkan hadits berikut: “Sebagaimana keadaan kalian, seperti itulah pemimpin kalian” (HR Al-Baihaqi)

Ibnu Qayyim Al Jauziyah rahimahullah mengatakan,

“Sesungguhnya di antara hikmah Allah Ta’ala dalam keputusan-Nya memilih para raja, pemimpin dan pelindung umat manusia adalah sama dengan amalan rakyatnya bahkan perbuatan rakyat seakan-akan adalah cerminan dari pemimpin dan penguasa mereka. Jika rakyat lurus, maka akan lurus juga penguasa mereka. Jika rakyat adil, maka akan adil pula penguasa mereka. Namun, jika rakyat berbuat zholim, maka penguasa mereka akan ikut berbuat zholim. Jika tampak tindak penipuan di tengah-tengah rakyat, maka demikian pula hal ini akan terjadi pada pemimpin mereka. Jika rakyat menolak hak-hak Allah dan enggan memenuhinya, maka para pemimpin juga enggan melaksanakan hak-hak rakyat dan enggan menerapkannya. Jika dalam muamalah rakyat mengambil sesuatu dari orang-orang lemah, maka pemimpin mereka akan mengambil hak yang bukan haknya dari rakyatnya serta akan membebani mereka dengan tugas yang berat. Setiap yang rakyat ambil dari orang-orang lemah maka akan diambil pula oleh pemimpin mereka dari mereka dengan paksaan.

Maka dapat disimpulkan dengan analisis tersebut, setiap amal perbuatan rakyat akan tercermin pada amalan penguasa mereka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *