Teropong Indonesia (Jakarta)-, Telah lama dinantikan, akhirnya segera tiba. Umat Islam sebentar lagi akan kedatangan bulan adiluhung. Bulan Zulhijah. Berdasarkan hasil hisab hakiki wujudul hilal, Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah menetapkan awal bulan Zulhijah tahun 1444 Hijriah.
Melalui surat Maklumat Nomor 1/MLM/I.0/E/2023, PP Muhammadiyah mengumumkan jika ijtimak Bulan Zulhijah terjadi pukul 11:39:47 WIB di hari Ahad Kliwon, 18 Juni 2023 M bertepatan 29 Zulkaidah 1444 H. Adapun untuk ketinggian Bulan pada saat Matahari terbenam di Yogyakarta +01° 00` 25″. Dengan ketinggian tersebut, di seluruh wilayah Indonesia pada saat Matahari terbenam itu posisi Bulan berada di atas ufuk.
“Karena itu, tanggal 1 Zulhijah 1444 H jatuh pada hari Senin Legi, 19 Juni 2023 M. Hari Arafah (9 Zulhijah 1444 H) jatuh pada hari Selasa Wage, 27 Juni 2023 M. Idul Adha (10 Zulhijah 1444 H) jatuh pada hari setelah itu, yaitu Rabu Kliwon, 28 Juni 2023 M,” tutur Sekretaris PP Muhammadiyah, Muhammad Sayuti, MPd, MEd., PhD dalam konferensi pers penetapan Ramadan, Syawal, dan Zulhijah tahun 1444 Hijriah
Seperti yang terjadi di tubuh negeri ini, tatkala memasuki bulan-bulan penting (Ramadhan, Syawal, maupun Zulhijah), terbersit di dalam benak pikiran masyarakat: akankah terjadi perbedaan? Untuk menjawab soalan itu, Ketua PP Muhammadiyah Bidang Tarjih dan Tajdid Prof Dr H Syamsul Anwar, MA mengatakan jika 1 Ramadhan awal bulan serempak dengan pemerintah, akan tetapi untuk awal Syawal dan Zulhijah diprediksi akan terjadi potensi perbedaan dengan pemerintah.
Hal itu dikarenakan Muhammadiyah menggunakan metode hisab hakiki wujudul hilal, sementara pemerintah sendiri berpatokan dengan kriteria Menteri-Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapore (MABIMS). Menurut kriteria Menteri-Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapore (MABIMS) tinggi bulan sekurang-kurangnya 3 derajat dan untuk elongasi (jarak bulan dan matahari) 6,4 derajat.
“Itu belum terpenuhi untuk dapat dilihat. Itu kriteria MABIMS untuk hilal dapat dilihat. Kalau kriteria itu belum terpenuhi, berarti tidak dapat dilihat. Karena belum dapat dilihat, maka menurut kriteria MABIMS keesokan harinya belum terpenuhi syarat untuk memasuki bulan baru. Sedangkan menurut kriteria Wujudul Hilal yang tidak berpatokan kepada penampakan yaitu tidak terlihat dan terlihatnya, maka keesokan harinya sudah memasuki bulan baru,” kata Syamsul Anwar.
Sementara pemerintah melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) Nomor 327 Tahun 2023, Nomor 1 Tahun 2023, dan Nomor 1 Tahun 2023 yang telah ditandatangani Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah, dan Menteri PAN-RB Abdullah Azwar Aznas di Jakarta, pada Rabu (29/3) menetapkan bahwa Idul Adha 10 Zulhijah 1444 Hijriah jatuh pada 29 Juni 2023.
Sedangkan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengikhbarkan bahwa 1 Dzulhijjah 1444 H jatuh pada Selasa 20 Juni 2023 M.
“Awal bulan Dzulhijjah tahun 1444 H bertepatan dengan Selasa Pahing 20 Juni 2023 M (mulai malam Selasa) atas dasar istikmal,” kata Wakil Ketua Umum PBNU KH Zulfa Mustofa pada Ahad (18/6/2023).
“Dan hari raya Idul Adha, 10 Dzulhijjah 1444 H, jatuh pada Kamis Legi, 29 Juni 2023 Masehi,” lanjut Kiai Zulfa.
Keputusan ini didasarkan pada hasil rukyatul hilal bahwa tidak ada lokasi yang melaporkan melihat hilal 1 Dzulhijjah 1444 H pada Ahad, 29 Dzulqa’dah 1444 H bertepatan 18 Juni 2023. “Tidak berhasil melihat hilal,” ujarnya.
PBNU menyampaikan kepada seluruh warga Nahdlatul Ulama dan umat Islam pada umumnya ucapan selamat memasuki bulan Dzulhijah dan menyambut hari raya Idul Adha 1444 H.